Rss Feed

Unhappiness

Kalian pikir, aku peduli ?
Kalian pikir, aku mau tahu ?
Hah, tidak sama sekali !

Aku tak peduli apa yang kalian kata !
Mereka yang kalian sebut keluarga.
Mereka yang kalian sebut saudara.

Bagiku bukan.
Bagiku tidak.

Mereka hanya sekumpulan orang yang tidak tahu cara berbicara yang baik.
Mereka hanya sekumpulan orang yang tak tahu cara mengontrol emosi.

Kalian tahu,
Di hidup ini semua hanya omong kosong belaka
Mendekat di kala perlu.
Menjauh saat tak butuh.
Sungguh hal yang lumrah.

Mungkin kalian pikir aku gila !
Ya, aku memang gila !
Gila karena hidup yang “tak biasa”.
Gila karena aku selalu rindu ayah !

Saat “sakit” itu datang.
Kuat inginku untuk menyusulnya.
Teguh hatiku untuk hidup sendiri.
Tak ada yang mengganggu.
Tak ada yang mengusik !

Habis sudah air mataku.
Menangisi hal yang tak perlu.
Hanya saja kemuakan ini sudah sampai di ubun-ubun,
Mengungkapkannya pun aku sudah jenuh.


Hah !
Enyahlah semua !
Pergilah !
Bosan aku menghadapinya !

Kalian tahu ?
Aku muak !

Think Before Talk

Jangan asal dalam berkata.
Pikirkan dulu sebelum bicara.
Jangan mudah mengeluarkan sumpah.
Yang akan membuat orang lain terluka.

Sabar saja tak usah marah.
Marah akan menguras tenaga.
Tapi tak bisa menyelesaikan masalah.

Terserah

Terserah...
Sebuah kata yang sering aku tuliskan.
Ya, terserah memang.
Karena aku tidak peduli dengan kenyataan.

Mereka yang aku sayang.
Tapi mereka mengabaikan.
Terserah !
Bullshit dengan semua kebaikan mereka !

Kalian tahu ?
Itu hanya sebatas basa-basi yang tak perlu.
Hanya sekedar omong kosong untuk membuang waktu.
Mereka memang palsu.
Mereka penuh dengan tipu.
Sungguh di luar dugaanku.

Amarah yang kian menggemuruh.
Semua ku tolak dengan caraku.
Karena aku memang tak mau tahu.
Yang terjadi antara dia dan kamu !

Taste of Hurt

Aku tak yakin mau mewujudkan mimpi itu.
Mimpi semua orang.
Untuk punya labuhan akhir.
Mendampingi sehidup semati.

Bukan aku menolak.
Hanya saja aku tak mau banyak harap.
Rasa kecewa yang telah membelenggu.
Yang kudapat dari awal hidupku.

Memang bodoh otakku ini.
Sudah buntu akalku kini.
Memang tak perlu terus terbelenggu dalam rasa sakit.
Yang hanya akan membuatku tak berarti.

Tapi, apa yang harus ku buat ?
Hati ini sudah terlanjur pecah.
Sulit rasanya untuk percaya.
Akan ada orang yang tulus mencinta.

Sudahlah aku lelah.
Ku biarkan saja semua berjalan apa adanya.
Walau hati kecil terus teriak.
Adakah orang yang tulus mencinta ?

Bukan karena otak.
Bukan karena rupa.
Apalagi karena harta.
Semoga saja !

Membenci Cinta

Hidup ini hampa, kosong dan tanpa warna.
Kata orang, bagi yang tak punya cinta.
Bukan hanya cinta Tuhan, bukan pula cinta keluarga.
Tapi cinta pada sesama manusia

Seperti cinta seorang lelaki pada wania
Begitupun sebaliknya.
Kata orang, hidup dengan banyak cinta.
Sejuta rasanya, benarkah ?

Hmm, sulit dipercaya.
Bila Anda mencari orang yang benci cinta.
Aku orangnya.

Aku hanya mencintai aku.
Juga cinta Tuhan, agama dan Keluargaku.
Hanya mencintai sang bulutangkis.
Tang jarang menawarkan tangis.

Mati Rasa

Keinginan itu muncul lagi.
Terbesit di hati yang hampir mati.
Rasa aneh dalam hati.
Menyimpan asa pada seorang lelaki ?

Benarkah itu pasti ?
Menghuni hati yang telah basi.
Tapi entah apa yang terjadi.
Semua berjalan tanpa ku sadari.

Harusnya tak boleh ada rasa itu.
Karena dia tak mungkin jadi punyaku.
Hanyalah khayalan kosong bagiku.
Memendam rasa di palung kalbu.

Benarkah ini perasaan sesaat ?
Sebab tak mungkin tertambat.
Karena aku sudah mati rasa.
Atas nama semua cinta.

Sudahlah aku tak mau berandai.
Semua hanyalah impian tak sampai.
Buang saja semua rasa.
Karena memang takkan berguna.

Bukan aku putus asa.
Hanya sadar saja aku siapa.
Aku tak perlu menyimpan cinta.
Karena saya sudah tak punya rasa...

'Cause Everything's over

Setelah sekian lama ku lalui hariku sendiri.
Tanpa tangis, tanpa sedih.
Dengan keyakinan kau bukan cinta sejati.
Dengan harapan kau takkan kembali.

Sejuta kerelaan melepasmu.
Setulus hati melupakanmu.
Sedalam palung ku kubur kenangan.
Bersama tetesan air mata di malam kelam.

Ternyata kau datang kembali.
Menawarkan kepalsuan kasih.
Yang dulu pernah kau beri.
Namun aku tak mau lagi.

Kini semua sudah terlambat.
Mencabut benci yang telah tertambat.
Untuk apa memberi kesempatan.
Jika dulu kau mengabaikan.

Aku hanya ingin seperti dulu.
Kau dengan hidupmu.
Aku dengan hidupku.
Tak usah lagi saling ganggu.

Anggap saja tak pernah ada pertemuan.
Anggap saja kita tak saling kenal.
Tak tahu, dan tak menghiraukan.
Karena hanya itu yang terbaik !

Damn It !

Untuk ke sekian kalinya aku terlalu muak dengan semuanya.
Lingkunganku, keluargaku, teman-temanku.
Semua terasa sangat mengesalkan.
Dan ini semakin menambah kuat inginku.
Untuk hidup sendiri, jauh dari semua hal.
Yang menyesakkan hati, memusingkan kepala, dan membuatkan sebal.
Semua hanya ingin dimengerti.
Tapi tak mau mengerti.
Tentang apa yang orang lain pikirkan dan rasakan.
Semua hanya bisa berburuk sangka saja.
Aku ingin bicara tapi selalu saja dianggap salah.
Padahal aku hanya ingin bicara.
Bila aku berpendapat.
Selalu dikatakan melawan, membantah.
Aku akan bicara dengan sopan kalau saja mereka tidak membentakku lebih dulu.
Di rumah rasaku jenuh, keluar rumah pun aku tak nyaman.
Di rumah selalu penuh dengan teriakan dan amarah yang buruk.
Di luar rumah selalu penuh dengan sindiran, pikiran buruk orang lain.
Yang membuatku semakin muak !
You know that ? That’s so suck ! Damn it !
Sungguh terlalu muak aku dibuatnya.
Jenuh rasanya berada di lingkungan yang tak pernah mendukungku.
Membeli susu dianggap anak kecil.
Menolak tawaran dianggap terlalu memilih profesi.
Sungguh menyakitkan !
Teman yang tak mau mengerti, hanya mau dimengerti.
Apa pernah kalian memikirkan semua ini?
Hidupku yang sudah kalian buat sulit.
Perkataan kalin yang penuh dengan sindiran.
Selalu ku abaikan dan tak pernah ku pikirkan.
Tapi kali ini rasanya sudah kelewatan.
Awalnya aku ingin menyapa, tapi batal saja.
Kalian tak pernah berusaha menghargai.
Sungguh muak !
Tak perlu kalian punya mulut.
Bila perkataan yang keluar dari mulut kalian.
Hanya bisa membuata orang lain “sakit” dibuatnya.
Tak usah kalian punya pikiran.
Bila tidak pernah berpikir tentang orang lain.
Buang saja hati kalian.
Jika masih ada prasangka buruk terselip di hati kalian.
Aku hanya ingin bicara !
Bahwa aku tak senang perlakuan kalian.
Dan bila kalian membuatnya karena salah.
Aku tak akan segan untuk minta maaf.
Bila saja kalian tak membuat kata penuh dengan sindiran.
Rasanya tidak perlu terus aku katakan.
Bahwa aku ingin dimengerti.
Hanya sekali saja bila kalian segan.
Benar-benar bosan aku !
Pernahkah terbersit di pikiran kalian.
Kalau aku ini hanya manusia biasa.
Aku selalu berusaha sabar menghadapi kalian.
Tapi kalian, apa pernah kalian sabar ?
Salah sedikit pasti akan membuat kalian mengeluarkan sindiran yang najis itu !
Aku rasa tak perlu dan tak ada manfaat.
Mempunyai teman yang hanya bisa berprasangka.
Tanpa mau menyadari siapa dia.

Gila

Teruslah berkata aku gila
Semua berkata aku tidak waras
Semua ! Ya, teman dan keluarga
Sudah meragukan aku

Tapi sungguh aku tidak peduli
Walaupun rasanya sakit
Karena mereka tak tahu
Tentang yang ku pendam dalam hatiku

Aku tak mau lagi seperti ini
Hidup di tengah orang yang tak memahami
Semakin kua inginku untuk sendiri
Jauh dari semua hal yang menyakiti

Benar-benar aku lelah
Menghadapi hal yang tak indah
Disini, di hati ini hanya ada rasa muak...